Kehidupan Dunia Itu Kesenangan Yang Memperdayakan
…Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan.
(Ali ‘Imron: 185)
وَمَا ٱلۡحَيَوٰةُ ٱلدُّنۡيَآ إِلَّا لَعِبٌ۬ وَلَهۡوٌ۬ۖ وَلَلدَّارُ ٱلۡأَخِرَةُ خَيۡرٌ۬ لِّلَّذِينَ يَتَّقُونَۗ أَفَلَا تَعۡقِلُونَ
Dan tiadalah kehidupan dunia ini, selain dari main-main dan senda gurau
belaka. Dan sungguh kampung akhirat itu lebih baik bagi orang-orang yang
bertakwa. Maka tidakkah kamu memahaminya? (Al-An’am: 32)
Kedua ayat di atas saling mempertegas. Lalu kenapa Alloh swt menciptakan
dunia ini? Atau jika mundur jauh ke belakang lagi, kenapa Alloh swt menurunkan Nabi
Adam a.s ke bumi ini? Dan akhirnya, kenapa kita harus ada di dunia ini?
Siklus hidup manusia di dunia ini hanya satu kali, hidup dan setelah itu mati.
Alloh yang menjadikan mati dan hidup seperti dalam Al-Mulk ayat 2. Kenapa mati
disebut dahulu sebelum hidup?
Mati, karena jika kita mati selesai sudah, tidak bisa kembali lagi untuk bertobat atau memperbaiki diri. Hidup, karena Alloh menghargai hidup kita, supaya lulus dalam ujian yang diberikan oleh-Nya.
ٱلَّذِى خَلَقَ ٱلۡمَوۡتَ وَٱلۡحَيَوٰةَ لِيَبۡلُوَكُمۡ أَيُّكُمۡ أَحۡسَنُ عَمَلاً۬ۚ وَهُوَ ٱلۡعَزِيزُ ٱلۡغَفُورُ
Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun. (Al-Mulk: 2)
Mati, karena jika kita mati selesai sudah, tidak bisa kembali lagi untuk bertobat atau memperbaiki diri. Hidup, karena Alloh menghargai hidup kita, supaya lulus dalam ujian yang diberikan oleh-Nya.
فَمَن زُحۡزِحَ عَنِ ٱلنَّارِ وَأُدۡخِلَ ٱلۡجَنَّةَ فَقَدۡ فَازَۗ
…Barang siapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, maka
sungguh ia telah beruntung…(Ali ‘Imron: 185)
Tujuan hidup kita?
Siapa-siapa yang lebih baik amalnya, tentu adalah surga tempat tinggal
akhirnya. Seperti disebutkan pada Ali-Imron ayat 185 di atas, maka sungguh ia
telah beruntung atau dalam terjemah lain, maka sungguh dia memperoleh
kemenangan.
Sepenggal cerita
tentang kisah dua manusia…
Ahmad dan Ade,
mereka berdua bertemu di sebuah pengajian Al-Quran mingguan di sebuah masjid.
Sama-sama ingin belajar membaca Al-Quran dengan tajwid yang benar. Sedekah
perbulannya 100 ribu rupiah. Ahmad adalah seorang karyawan perusahaan,
sedangkan Ade adalah seorang, maaf, kuli bangunan kasar.
Selain belajar
tajwid, ustadz pengajarnya juga menyemangati pesertanya untuk meperbanyak
tilawah Al-Quran harian. Ada semacam buku catatan untuk memantau tilawah harian - tiap hari
membaca hingga surat apa. Ahmad setiap minggu mencoba membandingkan kemajuan
tilawah hariannya dengan Ade melalui buku catatan itu.
Ahmad tidak bisa
menyembunyikan kekagumannya. Ade bisa tilawah lebih banyak halaman dibanding
dirinya, dan di minggu ke dua sudah hampir mendekati khatam. Sedangkan Ahmad
masih belum beranjak dari surat Al-Baqarah.
Sebelum Ahmad sempat bertanya
bagaimana bisa si Ade bisa menyisihkan waktu untuk tilawah, si Ade sudah
bertanya lebih dahulu, "Bukannya Pak Ahmad ini kerjanya di kantor ber-AC dan di
belakang meja? Sedangkan saya mengaji cuma bisa setiap habis sholat shubuh dan
sebelum tidur setelah bekerja seharian di bangunan."
Ahmad langsung
berpikir, jika saat ini dia di-“mati”-kan oleh Alloh, pasti di hadapan Alloh
dia tidak lebih baik dari si Ade yang, maaf, seorang kuli bangunan kasar. Si
Ade, di ujung keletihannya setelah bekerja fisik seharian di bawah panas matahari,
masih menyempatkan diri untuk tilawah dan juga menyisihkan 100 ribu rupiah per
bulan dari gajinya untuk belajar membaca Al-Qur’an.
Sedangkan Ahmad,
seharian bekerja di kantor ber-AC dan bergaji di atas 9 juta rupiah. Saat itu
dia tersadar, ternyata ada juga perlombaan dalam mendekatkan diri kepada Alloh.
Dan apa yang sudah dia lakukan saat ini masih kalah dibandingkan apa yang sudah
dilakukan si Ade dengan segala kekurangannya.
Terima kasih ya Alloh, hamba-Mu
ini sudah disadarkan, desirnya dalam hati. Dan ilmu dari Alloh itu bisa datang
dari mana saja, bahkan dari si Ade, yang maaf sekali lagi, hanya seorang kuli
bangunan kasar.
Itulah al hikmah.
Comments